Oleh: Armein Langi (Dosen Teknik Elektro ITB)
Saya pertamakali mengetahui Prof. Kudrat di bulan Agustus 1981 ketika saya dilantik menjadi mahasiswa ITB dalam sidang senat terbuka. Kesan saya beliau mesti orang sangat penting di ITB, karena duduknya paling depan. Ternyata benar, beliau adalah PR I, (atau Provost untuk universitas di LN).
Semasa saya berjuang supaya bisa menjadi Insinyur, nama Prof. Kudrat seperti legenda. KBK/bidang ilmu beliau adalah Ilmu Teori Elektroteknik, yang isinya cuma satu: beliau sendiri. Orang menyebut nama beliau dengan segan dan hormat. Beliau dikenal diseluruh penjuru ITB, dan berkelana bebas di antara para 'dewa-dewa' ITB, yang nama-nama nya hanya dikenal mahasiswa di koran. mereka saling menyapa dengan beliau on the first name basis.
Belakangan saya tahu mengapa. Tingkat intelektualitas beliau sangat tinggi, sehingga bila bertukar pikiran dengan beliau, rupanya tidak ada satupun yang bisa mengerti dan 'nyambung' :-) Beberapakali saya duduk di kantor beliau dan bercakap-cakap berjam-jam. Bukan berbicara politik, atau gosip. Tapi berbicara tentang membangun masyarakat modern di ITB, tentang knowledge economy, tentang esensi dari demokrasi, tentang teori informasi, tentang kecerdasan buatan, tentang chaos theory....dan banyak lagi. Kami berdebat dan tertawa terbahak-bahak.... sungguh menyenangkan.
Tetapi bila diperhatikan, sebenarnya kami tidak bercakap-cakap, karena kalimat- kalimat yang di ucapkan memang 'tidak nyambung'. Kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam, dan tidak ada satupun yang hadir mengerti arah pembicaraan. Tetapi sebenarnya yang terjadi adalah pertukaran ekspresi, pengetahuan, kecintaan pada Teknik Elektro dan ITB, dan kerinduan akan masyarakat Indonesia yang lebih cerdas. Yang terjadi adalah ekspresi kegembiraan beliau melihat kami anak didiknya survive dan tumbuh secara intelektual dan akademis di ITB.
Desember 1987, setelah dua bulan mengantongi ijazah S1 ITB, saya disodori Bambang Pharmasetiawan dan Suhono Supangkat sebuah kertas kosong bersegel. Saya disuruh menuliskan surat lamaran menjadi dosen di Laboratorium Teori-Teori Elektrik, lab Prof. Kudrat. Saya akan menjadi dosen nomer urut empat di situ. Detik itu juga saya isi. Saya memasuki lab seorang legenda, lab yang dihindari oleh banyak mahasiswa, karena kebanyakan senang hal praktis-praktis. Belakangan, nama lab kami berumah menjadi Laboratorium Sinyal dan Sistem. Suatu pilihan nama yang strategis, karena dengan demikian kami bisa meneliti apa saja yang ada di dunia ini....
Sampai suatu hari Desember 1988 saya menghadap Prof. Kudrat, lapor saya mau menikah. Sebagai dosen miskin tapi ingin menyenangkan istri, saya mau pinjam sedan Mercedes Benz hijau milik Prof. Kudrat untuk dijadikan meobil pengantin. Istri saya tampak cantik sekali di mobil tersebut, disetir pak sopir setia Prof. Kudrat. Besoknya mobil tentu dikembalikan. Tetapi foto arak-arakan pernikahan kami tersebut bertahan lama sampai kini...
Sepuluh tahun kemudian, tepatnya Mei 1998, saya kembali menghadap Prof Kudrat. Kali ini saya, yang masih agak miskin, kehabisan uang untuk melunasi pembelian rumah di Gunung Batu untuk meneduhi istri dan anak-anak saya. Saya sudah berjuang ke sana-kemari, tetapi karena suasana krismon Bank tidak mau memberikan pinjaman. Orang-orang pun sedang mendepositokan tabungan mereka dengan bunga tinggi, sehingga saya kelabakan. Tanpa banyak tanya lagi Prof Kudrat mengeluarkan cek, sehingga uang pinjaman kami cukup untuk membeli rumah tersebut. Hutang uang sudah lama lunas, tapi kebaikan hati Prof Kudrat berbekas dalam hati saya dan istri saya. Hari ini rumah tersebut masih setia mengayomi keluarga kami dan menjadi saksi kebaikan hari Prof. Kudrat.
Hari ini, mengenang Prof. Kudrat, saya bingung apakah harus tertawa atau meneteskan air mata. Tertawa karena sukacita pernah mengenal orang sebesar Prof Kudrat, atau meneteskan airmata karena kehilangan. Well, too late, I have just done both.
Prof Kudrat, Bapak telah membuat saya dan teman-teman mencintai Teknik Elektro dan ITB...
Selamat jalan Prof. Kudrat, beristrahatlah dengan tenang, you have done so much for us