Tidak adanya budaya dokumentasi
Salah satu hal yang saya sesalkan atau keluhkan kepada para senior di ITB adalah tidak adanya budaya mendokumentasi. Ilmu, pengetahuan, dan kearifan (wisdom) hanya melekat pada individu-individu. Tacit. Bagaimana jika individu ini sudah tidak lagi berada di kampus?
Ketika seseorang mengemukakan sebuah ide (topik bahasan), seringkali ide tersebut sudah pernah dibahas habis-habisan. Mungkin 10 tahun yang lalu, 20 tahun yang lalu, dan bahkan lebih dari itu. Jika saja ada dokumentasi yang baik, maka mungkin proses yang sia-sia ini bisa dihindari atau diperkecil terjadinya.
Jika sudah pernah didokumentasikan pun - dalam artian ditulis - seringkali dokumen tersebut sudah tidak dapat diakses lagi. Entah hilang, atau pada seseorang pada sebuah tempat. Apa manfaatnya? Sebuah dokumen yang tidak dapat diakses sama artinya dengan tidak ada dokumen tersebut.
Budaya mendokumentasikan adalah budaya seorang scholar. Mau tidak mau, harus dilakukan. Nah, kapan kita mau memulai?